Seperti biasa hari ini saya ke pasar tradisional untuk membeli bahan-bahan untuk dimasak. Hari ini sengaja saya mau belanja sayur mayur dan lauknya untuk 3 hari ke depan. Pada saat di pasar, saya langsung ke salah satu jongko yang terdekat dimana saya berdiri. Ada berbagai macam bumbu yang dijual di sana termasuk bawang merah dan bawang putih. Saya memang mau membeli bawang merah dan bawang putih karena stok di rumah hampir habis.
Di situ bawang merah diletakkan di dua tempat yang terpisah. Yang satu ukuran bawangnya kecil-kecil. Yang satu lagi bawangnya besar-besar namun yang kecilnya juga ada. Saya lebih suka memilih bawang yang besar, saya tanya harganya, ternyata harganya beda seribu rupiah dari bawang yang kecil. Lalu saya mulai memilih bawang merah itu, tapi ibu pedagang tidak membolehkan saya untuk memilih bawang di keranjang, katanya yang di keranjang sudah hasil pilihan dia. Saya heran kenapa pembeli tidak boleh memilih barang yang akan dibelinya. Apalagi yang di keranjang itu bawangnya ada yang besar ada juga yang kecil. Ibu pedagang langsung meraup dengan tangannya bawang yang akan saya beli untuk ditimbang. Ah, saya koq jadi kurang nyaman dengan caranya itu.
Rasanya saya dicurangi. Akhirnya saya membiarkan ibu itu dengan caranya, tapi saya tidak jadi membeli barang yang lainnya. Cukup bawang saja. Dalam hati nanti-nanti saya tidak akan membeli lagi sesuatu dari si ibu ini.
Sampai di rumah saya ceritakan kejadian di pasar tadi ke suami. Respon suami katanya saya harus berhusnudzon. Mungkin si ibu itu lagi mempunyai masalah yang rumit sehingga dia kurang ramah dalam melayani pembeli. Ya, saya memang tidak boleh berburuk sangka, tapi dengan pelayanan dia kepada pembeli seperti itu, saya yang tadinya mau belanja berbagai macam barang memutuskan untuk mencari penjual lainnya.
Memang benar pepatah mengatakan "pembeli adalah raja". Seorang penjual harus benar-benar melayani pembelinya dengan baik. Hasilnya pun insya Allah akan baik.