Rabu, 31 Oktober 2012 Rabu, Oktober 31, 2012
Label: bidadari surga , novel , tere liye
Sangat terharu membaca novel Bidadari - Bidadari Surga. Sebuah perjalanan hidup seorang kakak (Laisa) yang berkorban untuk 4 adik-adiknya (Dalimunthe, Ikanuri, Wibisana dan Yashinta). Dia memilih berhenti sekolah supaya bisa membantu Mamaknya dan bisa menyekolahkan adik-adiknya.
Kegigihan Kak Laisa dan Mamaknya dalam mendidik dan membesarkan adik-adiknya tidaklah sia-sia. Dalimunthe menjadi seorang profesor ternama, Ikanuri dan Wibisana mempunyai bengkel otomotif, Yashinta menjadi peneliti konservasi alam. Semua keberhasilan mereka benar-benar hasil kerja keras Mamak dan Kak Laisa.
Meskipun Kak Laisa ditakdirkan belum menikah sampai akhir hayatnya, tetapi Kak Laisa tidak merasa keberatan dengan semua takdir hidupnya. Dia selalu bersyukur dan berbahagia. Dia selalu melihat sisi pandang yang lain dari hidupnya. Mempunyai adik-adik yang semuanya berhasil dan menyayanginya bagi dia sudah cukup. Menerima takdir dengan apa adanya. Sangat sederhana. Gak neko-neko.
Begitu juga pada saat penyakit kanker paru menghampirinya, Kak Laisa tetap berusaha membahagiakan orang-orang di sekitarnya. Penyakitnya tidak dijadikan alasan untuk tidak melakukan apa pun. Kak Laisa tetap berjuang untuk menyembuhkan penyakitnya. Semangat hidup Kak Laisa sangat tinggi, sehingga dia bisa bertahan dengan kanker parunya selama 10 tahun.
Satu bagian dari novel pada saat ajal menjemput Kak Laisa:
Kak Laisa tersenyum untuk selamanya. Kembali.
Senja itu, seorang bidadari sudah kembali di tempat terbaiknya.
Bergabung dengan bidadari-bidadari surga lainnya.
Dan sungguh di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli (Al-Waqiah: 22). Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung yang indah. Mereka baik lagi cantik jelita (Ar Rahman: 70).
Di halaman 362 ada epilog sebagai berikut:
Wahai wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah 'terpilih' di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah). Yakinlah, wanita-wanita salehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga parasnya cantik luar biasa.