Betapa sedih hati ini melihat ibu yang kami cintai hanya terbaring lemah di tempat tidurnya. Beliau memang sedang sakit. Katanya hanya pusing saja. Ibu memang selalu enggan kalau diajak ke dokter untuk diperiksakan kesehatannya. Alasannya karena ibu hanya pusing biasa saja, sebentar lagi juga sembuh. Selalu itu yang keluar dari mulutnya kalau kami bujuk untuk dibawa ke dokter.
Tapi sudah hampir 3 hari ibu masih terbaring lemah. Tentu saja kami anak-anaknya semakin khawatir. Akhirnya kami berhasil membujuk ibu untuk dibawa ke rumah sakit, ke UGD. Menurut dokter ibu harus diopname karena perlu diobservasi penyakitnya. Akhirnya malam itu ibu menginap di rumah sakit.
Besoknya tim dokter datang untuk memeriksa kesehatan ibu secara menyeluruh, dan ibu pun menjalani berbagai macam tes kesehatan. Setelah menjalani semua tes itu, akhirnya dokter bisa mengetahui penyebab sakitnya ibu. Ternyata penyakit yang membuat Ibu pusing dan lemah tak berdaya adalah karena fungsi ginjal Ibu sangat buruk. Ya . . . Ibu mengalami Gagal Ginjal!
Kami sangat kaget mendengar Ibu mengalami gagal ginjal. Betapa tidak, Ibu adalah orang yang jarang sakit, kalaupun sakit itu hanya berlangsung sebentar, tidak pernah sampai berhari2 sakitnya. Biasanya dengan istirahat seharian besoknya Ibu sudah bisa kembali beraktifitas seperti sedia kala. Tapi sekarang keadaannya berbeda, Ibu sakit parah. Kadar ureum Ibu 220 padahal normalnya tidak boleh lebih dari 50. Sementara Kreatininnya menunjukkan angka 11 padahal mestinya paling tinggi adalah 1.
Dengan keadaan itu dokter menyarankan untuk segera dilakukan cuci darah, untuk membersihkan darah ibu yang sudah banyak racunnya. Tidak ada pilihan lain bagi kami selain harus mengikuti anjuran dokter. Akhirnya proses cuci darah perdana pun di mulai.
Proses cuci darah pada prinsipnya darah dikeluarkan dari dalam tubuh yang selanjutnya disaring melalui mesin hemodialisa untuk menyaring racun-racun yang menumpuk dalam darah dan kemudian darah yang sudah bersih dialirkan kembali ke dalam tubuh penderita. Proses ini lumayan memakan waktu, sekitar 3-4 jam.
Setelah cuci darah perdana sukses, ternyata dokter menyarankan pada ibu untuk cuci darah seminggu dua kali. Selama hampir satu bulan di rumah sakit, ibu di cuci darah 8 kali.
Akhirnya waktu pulang ke rumah pun tiba, dokter membolehkan Ibu pulang dengan syarat tetap harus melakukan cuci darah sesuai jadwal, seminggu 2 kali setiap hari senin dan kamis.
Kami baru tahu, bahwa jika seseorang cuci darah karena gagal ginjal, berarti ginjal nya di pasifkan. Cuci darah ternyata bukan untuk menyembuhkan yang gagal ginjal, hanya membantu mempertahankan kondisi pasien supaya tetap bisa hidup. Pantangan bagi yang cuci darah pun banyak, tidak boleh mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar kalium tinggi, minum tidak boleh lebih dari 2 gelas sehari dll. Duuuhh . . . sungguh kasihan Ibu, kulitnya mulai kering karena memang kurang cairan untuk melembabkan kulit. Fisiknya masih lemah, untuk berjalan saja masih harus dibopong. Kaki dan tangan masih gemetar. Suhu tubuhnya massih belum stabil, kadang demam tinggi, lalu tiba-tiba dingin sekali. Dan satu lagi, Ibu tidak pernah buang air kecil.
Tapi kami tidak putus asa, kami lalu mencari informasi seputar pengobatan herbal untuk pasien yang gagal ginjal. Alhamdulillah kami mendapatkan informasi yang kami butuhkan. Ada seorang herbalis dan ahli akupresur di daerah Cilenyi. Kami membawa Ibu ke sana untuk mendapatkan pengobatan alternatif. Kami berharap ginjal Ibu bisa kembali normal dan Ibu tidak perlu melakukan cuci darah lagi.
Kami membawa Ibu ke tempat pengobatan alternatif itu. Karena Ibu masih belum kuat untuk berjalan, akhirnya sang tabiblah yang mendatangi Ibu di mobil. Kemudian tabib memeriksa dengan menekan nadi Ibu. Beliau berkata bahwa ginjal Ibu masih bisa dinormalkan lagi. Lalu ia memberikan resep tradisional untuk digodok dan diminum dua kali sehari. Ramuan yang Ibu minum cukup mudah, Ibu hanya disuruh membuat jamu yang bahannya 7 lembar daun salam dan 7 pucuk daun kemangi. Digodok pake air kelapa degan hijau. Diminum sehari dua kali, pagi dan sore. Kata sang tabib ramuan ini untuk melatih ginjal Ibu yang rusak supaya bisa bekerja lagi. Tandanya ramuan ini bekerja nanti Ibu bisa buang air kecil lagi. Sang tabib menyarankan juga supaya Ibu jangan dulu cuci darah.
Di rumah kami melaksanakan apa yang disuruh sang tabib. Sehari setelah Ibu minum ramuan sang tabib, Ibu bisa buang air kecil lagi. Alhamdulillah. Ibu terus minum ramuan sang tabib selama 3 hari, lalu Ibu kontrol lagi ke sang tabib. Ibu diberi ramuan yang berbeda lagi dan Ibu melaksanakan anjuran itu.
Enggak kerasa, satu bulan sudah Ibu berobat ke Sang Tabib, Ibu sudah bisa berjalan sendiri, meskipun masih pelan-pelan. Kulit Ibu mulai cerah lagi, Ibu sudah bisa mengobrol seperti biasanya. Makan pun sekarang mulai banyak (walaupun tetap kalau dibandingkan dengan orang sehat, porsi makan Ibu masih dibilang sedikit). Kami sangat gembira dengan kemajuan Ibu, dan satu lagi yang menggembirakan hati kami, Ibu gak cuci darah lagi.
Ibu . . . kami anak-anakmu selalu mendoakan untuk kesembuhanmu
Kami berharap Ibu bisa bersabar dengan penyakit yang Ibu derita kini
Kami mendoakan untuk kebaikan Ibu di dunia dan di akhirat
Semoga sakit yang Ibu derita kini menjadi kifarat dosa-dosa Ibu
Ya Allah . . . kabulkanlah permohonan kami . . . Amiiinnn